haryanti

haryanti

Selasa, 22 April 2014

Tingkah Laku Tercela



Dra.Hj.Aisyah, M.Ag
TINGKAH LAKU TERCELAH


Oleh :
Nama    : HARYANTI
Nim       : 30500113007
                                      
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN, FILSAFAT DAN POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2014

KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi Allah swt yang masih memberikan kesehatan dan kesempatannya kepada kita semua, terutama kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tanpa ada halangan suatu apapun. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada guru / dosen pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini. Berikut ini, penulis persembahkan sebuah makalah dengan topik :
“ TINGKAH LAKU TERCELA “
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna serta masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, saran serta kritik yang bersifat perbaikan dari para pembaca dan pengguna sangat kami harapkan. Hal itu akan menjadi pertimbangan dalam perbaikan makalah ini pada kesempatan – kesempatan mendatang.
            Akhirnya, penulis berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan andil dan manfaat bagi kita semua. Semoga Allah swt senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.




Makassar, April 2014



Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perilaku kehidupan manusia selalu terdapat dua sisi yang berlawanan, yaitu perilaku baik dan perilaku buruk. Seseorang dikatakan melakukan perbuatan baik, apabila tindakan yang dilakukan sesuai dengan tata nilai yang dianut oleh kelompok masyarakat dimana ia berada. Demikian sebaliknya, seseorang dikatakan melakukan perbuatan buruk apabila tindakannya tidak sesuai dengan nilai dan pandangan masyarakat yang bersangkutan. Pandangan tentang nilai yang terdapat dalam masyarakat beraneka ragam dan tata nilai tersebut menjadi norma atau patokan berperilaku bagi setiap individu atau kelompok. Patokan perilaku bagi setiap individu dalam masyarakat adalah berupa norma kesopanan, norma hukum, norma susila, dan norma agama.
Dalam kehidupan masyarakat yang sangat memegang teguh tata nilai agama, selalu mengukur perbuatan baik atau buruk dari aspek nilai agama yang dianutnya. Bagi masyarakat yang beragama Islam mungkin akan selalu mengukur suatu perbuatan berdasarkan nilai-nilai agama Islam. Namun dalam suatu komunitas sosial tidak semua individu dalam masyarakat memiliki akidah yang sama. Di dalam masyarakat selalu terdapat budaya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari manusia. Perspektif budaya melahirkan nilai yang berdasarkan tradisi, dan kebiasaan tradisi terbangun berdasarkan pola-pola hubungan antara individu.
Allah SWT. menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk mengatur dan memakmurkan apa yang ada di bumi, itulah kelebihan manusia bila dibandingkan dengan makhluk yang lainnya, yaitu Ia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk bila dibandingkan dengan makhluk yang lainnya, adapun kelebihan manusia adalah Ia di berikan akal fikiran yang dipergunakan untuk membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk, sekaligus dengan akal, manusia dapat menaklukkan apa yang ada di bumi . Kalau ditinjau dari segi ajaran agama, banyak sekali ayat-ayat Al-qur’an maupun hadits yang menerangkan tentang manfaat akal manusia akan tetapi pendapat akal sangatlah terbatas ketimbang dengan wahyu, bukankah Allah SWT. memberikan manusia ilmu melainkan sedikit, walaupun demikian Allah SWT. menantang manusia lewat wahyu bagaimana supaya manusia memanfaatkan akalnya agar ia mampu untuk berinteraksi baik di langit maupun di bumi. Namun yang dikehendaki oleh Islam adalah penggunaan akal yang berbasis wahyu atau yang berdimensi Al-Qur’an dan sunnah Rasul berupa ijtihad .

B.      Rumusan Masalah
          Bardasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini meliputi :
1.  Apa yang termasuk dalam tingkah laku tercela ?
2.  Menyebutkan hadits tentang tingkah laku tercela !
3.  Apa keutamaan mempelajari hadits tentang tingkah laku tercela ?

C.      Tujuan Penulisan
          Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hadits dan diharapkan dapat menambah pengetahuan khusunya yang berkaitan dengan masalah hadits agar ukhuwah islamiyah antar sesama muslim tetap terjaga  serta dapat bermanfaat bagi kita semua.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tingkah Laku Tercelah

1.    Buruk Sangka
            Buruk sangka adalah menyangka seseorang berbuat kejelekan atau menganggap jelek tanpa adanya sebab yang jelas yang memperkuat sangkaannya. Orang yang melakukannya berarti telah berbuat dosa sebagaimana dinyatakan dalam sebuah Hadits Kitab Al-lulu Wal Marjan (اللؤلؤوالمرجان) ke 1660 :

إِيَّاكُمْ وَالظَّنِّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ. وَلاَ تَحَسَّسُوْا، وَلاَ تَجَسَّسُوْا، وَلاَ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص.م قَالَ:  حَدِيْثُ أَبِي هُرَيْرَةَ ر.ض
تَنَاجَشُوْا، وَلاَ تَحَاسَدُوْا، وَلاَ تَبَاغَضُوْا، وَلاَ تَدَابَرُوْا، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا أخرجه البخارى في: 78. كتاب الأدب

Artinya: “ Hadits Abu Hurairah r.a.: Sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda: Berhati-hatilah kalian dari buruk sangka, sesungguhnya buruk sangka adalah sedusta-dustanya cerita / berita. Janganlah menyelidiki, janganlah memata-matai hal orang lain, janganla tawar-menawar untuk menjerumuskan orang lain, jangan saling menghasut, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi, dan jadilah kalian sebagai hamba Allah yang bersaudara “ ( Diriwayatkan oleh Imam Bukhari 78 Kitab Adab ).  Dan dinyatakan juga dalam Al - Qur’an surah Al -  Hujurat Ayat 12 :

يا أيها الذين أمنوا اجتنبوا كثيرا من الظن ان بعض الظن اثم

Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka ( kecurigaan ), karena sebagian dari prasangka itu dosa “.

A.   Dampak Negatif dari Sifat Buruk Sangka
            Diantara kerugian sifat buruk sangka yaitu :
a.       Mendapatkan ancaman dan siksaan di neraka Jahannam, laknat dan murka Allah.
b.      Mendapatkan kecelakaan dari allah di dunia dan di akhirat.
c.       Merasakan kesempitan, ketidaktenangan dalam kehidupan, karena senantiasa tidak puas dengan takdir Allah.
d.      dijauhi oleh orang lain karena akibat perbuatannya sendiri.
e.       Timbunya permusuhan dan kebencian di antara sesama manusia.
f.       Terkadang akan menyeret kepada hal yang lebih buruk lagi yakni ghibah, namimah, dusta untuk tujuan menjatuhkan atau merugikan pihak lain.
g.      Putus hubungan, pemboikotan dan kebencian.
h.      Merupakan indikasi rusaknya niat dan buruknya kondisi batin.
i.        Merupakan salah satu perangai orang munafiq.
j.        Merupakan penyebab jatuh dalam akibat yang buruk dan membuka perbuatan keji.
k.      Mewariskan kehinaan dan kerendahan di hadapan Allah swt dan di hadapan manusia.
l.        Salah satu petunjuk akan lemahnya iman.

B.   Cara Menghindari Sifat Buruk Sangka
Berbagai cara dalam menghindari sifat buruk sangka diantaranya adalah :
a.       Selalu waspada dan hati-hati dalam setiap tindakan dan ucapan agar tidak timbul suatu masalah.
b.      Menumbuhkan rasa persamaan dan kasih sayang sesama manusia.
c.       Mengamalkan ajaran agama dan mendekatkan diri kepada Allah swt.
d.      Membiasakan diri bersyukur kepada Allah swt dan merasa cukup atas segala pemberian Allah.
e.       Menjauhi seluruh penyebabnya, seperti mengikuti hawa nafsu, persaingan duniawi yang tidak bersih dan lain-lain.
f.       Berhati-hati dalam berbicara, bertindak dan dalam menerima kebenaran informasi.

C.    Kandungan Hadits
                    Kandungan hadits diatas, menjelaskan bahwa sebagai seorang muslim hendaknya selalu bersikap hati –hati dalam buruk sangka kerena, buruk sangka itu adalah sedusta – dustanya ucapan apalagi kalau buruk sangka tersebut terhadap masalah aqidah yang harus diyakini apa adanya. Buruk sangka dalam hal seperti ini hukumnya haram sebaliknya berburuk sangka terhadap masalah – masalah kehidupan agar memilii semangat untuk menyelidikinya adalah diperbolehkan. Nabi Muhammad saw bersabda :

وعن أبى هريرة رضي الله عنه، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إياكم والظن فإن الظن أكذب الحديث_ متفق عليه

“Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda: Berhati-hatilah kamu dalam berprasangka (dalam hal ini adalah prasangka buruk), karena sesungguhnya prasangka itu adalah sedusta-dustanya ucapan”. HR. Bukhari Muslim.
 Oleh karena itu hendaknya bagi umat islam untuk selalu membiasakan diri berprasangka baik terhadap orang lain demi kemaslahatan umat islam agar tetap harmonis.

2.    Ghibah dan Buhtan
                 Ghibah adalah menceritakan kejelekan yang apabila orang tersebut mendengarnya ia tidak suka meskipun hal itu benar. Sedangkan Buhtan menceritakan sesuatu yang tidak sebenarnya disebut sebagai kebohongan atau fitnah. Seseorang yang telah tergelincir lisannya dengan menceritakan kejelekan orang lain sesungguhnya telah berbuat dosa. Sedangkan kejelekan orang
yang diceritakannya akan berpindah kepadanya sementara kebaikannya akan berpindah ke orang lain. Sebagaimana di riwayatkan dalam sebuah Hadits Kitab Riyadlus Sholihin (رياضالصالحين) ke 1520 :          

 قَالَ أَتَدْرُوْنَ بِالْغِيْبَةِ؟ قَالُوْا: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يُكْرَهُ، قِيْلَ م ص    وَعَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ ر.ض. أَنَّ رَسُوْلَ الله
أَفَرَأَيْتَ اِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُوْلُ؟ قَالَ: اِنْ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَاِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدْ بَهَتَهُ، (رواه مسلم)

Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Tahukah kalian apa ghibah itu? Para sahabat menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Nabi bersabda: yaitu menyebut saudaramu dengan apa yang tidak disukainya. Beliau ditanya: Bagaimana pendapat Anda kalau itu memang sebenarnya/apa adanya? Jawab Nabi: Kalau memang sebenarnya begitu itulah yang disebut ghibah. Akan tetapi jika menyebut apa-apa yang tidak sebenarnya berarti kamu telah menuduhnya dengan kebohongan. (HR. Muslim)
      
A.   Dampak Negatif dari Sifat Ghibah dan Buhtan
            Kerugian sifat ghibah dan buhtan antara lain :
a.       Mendapatkan ancaman dan murka Allah.
b.      Mendapatkan laknat dari Allah baik  di dunia maupun di akhirat.
c.       Akan melahirkan permusuhan dan kebencian di antara manusia.
d.      Merupakan penyebab jatuh dalam akibat yang buruk dan membuka perbuatan keji serta munkar.
e.       Mewariskan kehinaan dan kerendahan di hadapan Allah swt dan di hadapan manusia.
f.       Menjadikan orang lain tidak percaya.
g.      Dapat mengakibatkan berbagai macam tindakan kriminal yang dilatar belakangi oleh dendam.
h.      Retaknya ukhuwah islamiyah diantara sesama muslim.
i.        Kebencian terselubung yang dikhawatirkan akan bertambah menjadi bentuk bermusuhan yang nyata.
j.        Sifat hasad ( dengki ) yang menggerogoti hati seseorang sehingga ingin merenut kedudukan saudaranya dalam pandangan manusia.
k.      Adanya sifat fasad dan gairah dalam melakukan dosa dan kernunkaran.

B.   Cara Menghindari  Sifat Ghibah dan Buhtan
Berbagai cara yang dapat dilakukan seseorang untuk menghindari ghibah dan buhtan antara lain :
a.       Jangan mudah percaya terhadap berita yang kita dengar sebelum diteliti terlebih dahulu kebenarannya sehingga tidak menyesal bila berita itu membawa akibat buruk.
b.      Kita tinggalkan berita yang kita dengar bila tidak berkepentingan.
c.       Memperbanyak meneliti keburukan diri sediri.
d.      Membiasakan lidah berdzikir dan menanamkan pengertian bahwa menggunjing itu adalah dosa karena itu sangat dilarang oleh agama Islam.
e.       Meningkatkan ketaqwaan dengan mendekatkan diri kapada Allah, misalnya sering bertilawah dan berzikir agar hati menjadi lunak dan jiwa menjadi tenang.
f.       Berfikir sebelum memulai pembicaraan, agar yang keluar dari mulut adalah perkataan yang baik-baik saja, dan mengingat bahwa semua yang kita bicarakan dan kerjakan akan dicatat oleh malaikat Raqib dan Atid.
g.      Tabayun sebelum menyampaikan berita, supaya ukhuwah tetap terjaga dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
h.      Mengingatkan orang lain ketika ia menceritakan saudaranya, agar ia tidak terjatuh kedalam lembah yang bernama ghibah.

C.   Kandungan Hadits
            Hadits diatas, menjelaskan bahwa ghibah adalah menceritakan kejelekan orang yang apabila orang tersebut mendengarnya ia tidak akan suka meskipun hal itu benar, sedangkan buhtan adalah menceritakan sesuatu yang tidak sebenarnya terjadi dan merupakan suatu kebonhongan belaka.  Ghibah dan buhtan merupakan perbuatan yang dilarang dalam islam dan pelakunya akan di azab oleh Allah swt selain itu, ghubah juga dapat memicu permusuhan dan pertengkaran diantara sesama muslim orang yang melakukannya bagaikan memakan daging bangkai saudaranya. Oleh karena itu hendaklah bagi umat islam untuk menjaga perkataanya agar tidak tergelincir untuk menceritakan kejelekan orang lain sehingga tidak terjerumus kedalam perbuatan ghibah. Seseorang yang telah tergelincir lisannya dengan menceritakan kejelekan orang lain sesungguhnya ia telah berbuat dosa. Selain itu, apabila orang yang diceritakan tersebut mendengar bahwa kejelekannya diceritakan tentu ia akan marah dan akan menimbulkan permusuhan. Oleh karena itu, setiap orang islam harus berusaha untuk tidak menceritakan kejelekan orang lain atau lebih baik diam itu akan menyelamatkannya di dunia dan di akhirat.
Sebenarnya tidak semua ghibah dilarang. Ada ghibah yang diperbolehkan, antara lain:
1.      Mengadukan orang yang menganiaya kepada wali hakim.
2.      Meminta orang yang dianggap sanggup menasehatinya agar menasehati orang yang berbuat mungkar.
3.      Menasehati agar orang lain jangan tertipu oleh orang yang jahat tersebut, dan sebagainya.
Adapun cara bertaubat bagi orang yang melakukan buhtan adalah sebagai berikut :
1.      Menarik kembali kabar bohong yang dia sampaikan dahulu.
2.      Meminta maaf atau meminta untuk dihalalkan kepada yang di fitnah.
3.      Meminta ampun kepada Allah atas perbuatan buhtan, karena buhtan termasuk dosa yang sejajar dengan menyembah berhala. Sebagaimana firman Allah swt:

فاجتنبوا الرجس من الأوثان واجتنبوا قول الزور (الحاج

Artinya: “Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu, dan jauhilah perkataan dusta” (Q. S. Al - Hajj : 30).

Ayat-ayat Tentang Perbuatan Baik dan Buruk
Adapun lafadz al-hasanah dan as-sayyiah dalam Al-Qur’an memiliki berberapa makna, seperti yang di jelaskan dalam QS. Ali-Imron :120,

إن تمسسكم حسنة تسؤهم وإن تصبكم سيئةٌ يَفْرَحوا بها وإن تصبروا وتتقوا لا يضرّكم كيد هم شيئا إنّ الله بما يعملون 
Artinya:
” Jika kamu memperoleh kebaikan , (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa bencana , mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, tipu daya mereka tidak akan menyusahkan kamu sedikitpun. Sungguh, Allah maha meliputi segala apa yang mereka kerjakan.”
QS. At-Taubah:50,
إن تصبك حسنة تسؤهم وإن تصبك مصيبة يقولوا قد أخذ نا أمرنا من قبل ويتولّوا وّهم فرحون
Artinya:
 Jika engkau (Muhammad) mendapat kebaikan, mereka tidak senang ; tetapi jika engkau ditimpa bencana , mereka berkata ,”Sungguh sejak semula kami telah berhati-hati (tidak pergi berperang),” dan mereka berpaling dengan (perasaan) gembira.”
QS. Al-A’raf:164
وإذ قا لت أمّة  منهم لم تعظو ن قوما الله مهلكهم أو معذّ بهم عذابا شديدا قالوا معذرة إلى ربّكم ولعلهم يتّقون
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika suatu umat diantara mereka berkata, “mengapa kamu menasehati kaum yang akan dibinasakan atau diazab Allah dengan azab yang sangat keras?” Mereka menjawab, “ Agar kami mempunyai alasan (lepas tanggung jawab) kepada tuhanmu[1][4], dan agar mereka bertaqwa.”
QS. Asy-Syura:48.
فإن أعرضوا فما أرسلناك عليهم حفيظا إن عليك إلاّ البلاغ وإناّ إذا أذ قنا الإنسان مناّ رحمة فرح بها وإن تصبهم سيئة بما قدّمت أيديهم  فإنّ الإنسان كفور
Artinya:
“ jika mereka berpaling, maka (ingatlah) kami tidak mengutus engkau sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Dan sungguh , apabila kami merasakan kepada manusia suatu rahmat dari kami , dia menyambutnya dengan gembira; tetapi jika meraka ditimpa kesusahan karena perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar), sungguh, manusia itu sangat ingkar (kepada nikmat).”

يأ يها الّذين اَمنوا لاتبطلوا صدقتكم بلمنّ والأذى, كا لذيْ ينفقُ ما له رئاءالناس ولا يؤمن بالله واليوم الأخر, فمثله كمثل صفوان عليه تراب فأصا به وا بلٌ فتركه صلدًا, لا يقدرون على شيئ مما كسبوا, والله لا يهدى القوم الكا فرين. و مثل الّذين  ينفقون أموالهم ابتغاء مرضات الله وتثبيتا مّن انفسهم كمثل جنّة بربوةٍ اصا بها وابل فأّتتْ اكلها ضعفين. فإن لم يصبها وا بل فطلٌ, واللهُ بما يعملون بصيرٌ.
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak  pahala sedekahmu, dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya’ (pamer) kepada manusia , sedang dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Perumpamaannya (orang itu) dengan sebuah batu yang licin, di atasnya ada debu. Kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi.merekavtidak memperoleh sesuatu apapun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak  memberi  petunjuk kepada orang-orang yang kafir. Dan Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya untuk mencari ridha allah dan untuk memperteguh jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggin yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka embun (pun memadai). Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah: 264-265).

BAB III
PENUTUP

            Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan makalah ini, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

A.      KESIMPULAN
            Dari berbagai hadits yang telah kami kemukakan, maka kami dapat menyimpulkan bahwasannya ajaran Islam  mengajarkan kepada kita untuk tidak berburuk sangka dan menggunjing, memfitnah orang lain serta larangan berbuat boros. Hendaklah kita berprasangka yang baik terhadap orang lain dan pergunakanlah harta yang kita miliki dengan sebaik – baiknya agar kita dapat hidup dengan tentram dan mendapat ridha dari Allah swt sejak di dunia sampai kelak di akhirat.

B.   SARAN – SARAN
            Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman berkenan kiranya memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis. Hal itu akan menjadikan pertimbangan dalam perbaikan makalah in di kesempatan – kesempatan berikutnya. Terima kasih.