Dra.Hj.Aisyah,
M.Ag
TINGKAH
LAKU TERCELAH
Oleh :
Nama : HARYANTI
Nim : 30500113007
PROGRAM STUDI
PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN,
FILSAFAT DAN POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2014
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt yang masih
memberikan kesehatan dan kesempatannya kepada kita semua, terutama kepada
penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tanpa ada halangan
suatu apapun. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada guru / dosen
pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah
ini. Berikut ini, penulis persembahkan sebuah makalah dengan topik :
“
TINGKAH LAKU TERCELA “
Penulis
menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna serta masih
terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, saran serta kritik yang bersifat
perbaikan dari para pembaca dan pengguna sangat kami harapkan. Hal itu akan
menjadi pertimbangan dalam perbaikan makalah ini pada kesempatan – kesempatan
mendatang.
Akhirnya, penulis berharap semoga
dengan adanya makalah ini dapat memberikan andil dan manfaat bagi kita semua.
Semoga Allah swt senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua.
Makassar,
April 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam
perilaku kehidupan manusia selalu terdapat dua sisi yang berlawanan, yaitu
perilaku baik dan perilaku buruk. Seseorang dikatakan melakukan perbuatan baik,
apabila tindakan yang dilakukan sesuai dengan tata nilai yang dianut oleh kelompok
masyarakat dimana ia berada. Demikian sebaliknya, seseorang dikatakan melakukan
perbuatan buruk apabila tindakannya tidak sesuai dengan nilai dan pandangan
masyarakat yang bersangkutan. Pandangan tentang nilai yang terdapat dalam
masyarakat beraneka ragam dan tata nilai tersebut menjadi norma atau patokan
berperilaku bagi setiap individu atau kelompok. Patokan perilaku bagi setiap
individu dalam masyarakat adalah berupa norma kesopanan, norma hukum, norma
susila, dan norma agama.
Dalam
kehidupan masyarakat yang sangat memegang teguh tata nilai agama, selalu
mengukur perbuatan baik atau buruk dari aspek nilai agama yang dianutnya. Bagi
masyarakat yang beragama Islam mungkin akan selalu mengukur suatu perbuatan
berdasarkan nilai-nilai agama Islam. Namun dalam suatu komunitas sosial tidak
semua individu dalam masyarakat memiliki akidah yang sama. Di dalam masyarakat
selalu terdapat budaya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari manusia.
Perspektif budaya melahirkan nilai yang berdasarkan tradisi, dan kebiasaan
tradisi terbangun berdasarkan pola-pola hubungan antara individu.
Allah SWT. menciptakan manusia
sebagai khalifah di muka bumi untuk mengatur dan memakmurkan apa yang ada di
bumi, itulah kelebihan manusia bila dibandingkan dengan makhluk yang lainnya,
yaitu Ia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk bila dibandingkan dengan makhluk
yang lainnya, adapun kelebihan manusia adalah Ia di berikan akal fikiran yang
dipergunakan untuk membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang
buruk, sekaligus dengan akal, manusia dapat menaklukkan apa yang ada di bumi .
Kalau ditinjau dari segi ajaran agama, banyak sekali ayat-ayat Al-qur’an maupun
hadits yang menerangkan tentang manfaat akal manusia akan tetapi pendapat akal
sangatlah terbatas ketimbang dengan wahyu, bukankah Allah SWT. memberikan
manusia ilmu melainkan sedikit, walaupun demikian Allah SWT. menantang manusia
lewat wahyu bagaimana supaya manusia memanfaatkan akalnya agar ia mampu untuk
berinteraksi baik di langit maupun di bumi. Namun yang dikehendaki oleh Islam
adalah penggunaan akal yang berbasis wahyu atau yang berdimensi Al-Qur’an dan
sunnah Rasul berupa ijtihad .
B.
Rumusan Masalah
Bardasarkan latar belakang di atas
maka rumusan masalah dalam makalah ini meliputi :
1. Apa yang termasuk dalam
tingkah laku tercela ?
2. Menyebutkan hadits tentang
tingkah laku tercela !
3. Apa keutamaan mempelajari
hadits tentang tingkah laku tercela ?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Hadits dan diharapkan dapat menambah pengetahuan khusunya yang berkaitan dengan
masalah hadits agar ukhuwah islamiyah antar sesama muslim tetap terjaga
serta dapat bermanfaat bagi kita semua.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tingkah
Laku Tercelah
1. Buruk Sangka
Buruk sangka adalah menyangka
seseorang berbuat kejelekan atau menganggap jelek tanpa adanya sebab yang jelas
yang memperkuat sangkaannya. Orang yang melakukannya berarti telah berbuat dosa
sebagaimana dinyatakan dalam sebuah Hadits Kitab Al-lulu Wal Marjan (اللؤلؤوالمرجان) ke 1660 :
إِيَّاكُمْ وَالظَّنِّ، فَإِنَّ
الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ. وَلاَ تَحَسَّسُوْا، وَلاَ تَجَسَّسُوْا، وَلاَ: أَنَّ رَسُوْلَ
اللهِ ص.م قَالَ: حَدِيْثُ أَبِي
هُرَيْرَةَ ر.ض
تَنَاجَشُوْا، وَلاَ تَحَاسَدُوْا، وَلاَ تَبَاغَضُوْا، وَلاَ تَدَابَرُوْا، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا أخرجه البخارى في: 78. كتاب الأدب
تَنَاجَشُوْا، وَلاَ تَحَاسَدُوْا، وَلاَ تَبَاغَضُوْا، وَلاَ تَدَابَرُوْا، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا أخرجه البخارى في: 78. كتاب الأدب
Artinya: “ Hadits Abu Hurairah r.a.:
Sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda: Berhati-hatilah kalian dari buruk
sangka, sesungguhnya buruk sangka adalah sedusta-dustanya cerita / berita.
Janganlah menyelidiki, janganlah memata-matai hal orang lain, janganla
tawar-menawar untuk menjerumuskan orang lain, jangan saling menghasut, jangan
saling membenci, jangan saling membelakangi, dan jadilah kalian sebagai hamba
Allah yang bersaudara “ ( Diriwayatkan oleh Imam Bukhari 78 Kitab Adab ).
Dan dinyatakan juga dalam Al - Qur’an surah Al - Hujurat Ayat 12 :
يا أيها الذين أمنوا اجتنبوا كثيرا من
الظن ان بعض الظن اثم
Artinya: “ Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan prasangka ( kecurigaan ), karena sebagian dari
prasangka itu dosa “.
A. Dampak Negatif dari
Sifat Buruk Sangka
Diantara kerugian sifat buruk sangka
yaitu :
a. Mendapatkan ancaman dan siksaan di
neraka Jahannam, laknat dan murka Allah.
b. Mendapatkan kecelakaan dari allah di
dunia dan di akhirat.
c. Merasakan kesempitan,
ketidaktenangan dalam kehidupan, karena senantiasa tidak puas dengan takdir
Allah.
d. dijauhi oleh orang lain karena
akibat perbuatannya sendiri.
e. Timbunya permusuhan dan kebencian di
antara sesama manusia.
f. Terkadang akan menyeret kepada hal
yang lebih buruk lagi yakni ghibah, namimah, dusta untuk tujuan menjatuhkan
atau merugikan pihak lain.
g. Putus hubungan, pemboikotan dan
kebencian.
h. Merupakan indikasi rusaknya niat dan
buruknya kondisi batin.
i.
Merupakan
salah satu perangai orang munafiq.
j.
Merupakan
penyebab jatuh dalam akibat yang buruk dan membuka perbuatan keji.
k. Mewariskan kehinaan dan kerendahan
di hadapan Allah swt dan di hadapan manusia.
l.
Salah
satu petunjuk akan lemahnya iman.
B. Cara Menghindari
Sifat Buruk Sangka
Berbagai
cara dalam menghindari sifat buruk sangka diantaranya adalah :
a. Selalu waspada dan hati-hati dalam
setiap tindakan dan ucapan agar tidak timbul suatu masalah.
b. Menumbuhkan rasa persamaan dan kasih
sayang sesama manusia.
c. Mengamalkan ajaran agama dan
mendekatkan diri kepada Allah swt.
d. Membiasakan diri bersyukur kepada
Allah swt dan merasa cukup atas segala pemberian Allah.
e. Menjauhi seluruh penyebabnya,
seperti mengikuti hawa nafsu, persaingan duniawi yang tidak bersih dan
lain-lain.
f. Berhati-hati dalam berbicara,
bertindak dan dalam menerima kebenaran informasi.
C. Kandungan
Hadits
Kandungan hadits diatas,
menjelaskan bahwa sebagai seorang muslim hendaknya selalu bersikap hati –hati
dalam buruk sangka kerena, buruk sangka itu adalah sedusta – dustanya ucapan
apalagi kalau buruk sangka tersebut terhadap masalah aqidah yang harus diyakini
apa adanya. Buruk sangka dalam hal seperti ini hukumnya haram sebaliknya
berburuk sangka terhadap masalah – masalah kehidupan agar memilii semangat
untuk menyelidikinya adalah diperbolehkan. Nabi Muhammad saw bersabda :
وعن أبى هريرة رضي الله عنه، أن رسول
الله صلى الله عليه وسلم قال: إياكم والظن فإن الظن أكذب الحديث_ متفق عليه
“Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya
Rasulullah SAW. bersabda: Berhati-hatilah kamu dalam berprasangka (dalam hal
ini adalah prasangka buruk), karena sesungguhnya prasangka itu adalah
sedusta-dustanya ucapan”. HR. Bukhari Muslim.
Oleh
karena itu hendaknya bagi umat islam untuk selalu membiasakan diri berprasangka
baik terhadap orang lain demi kemaslahatan umat islam agar tetap harmonis.
2. Ghibah dan Buhtan
Ghibah adalah menceritakan kejelekan
yang apabila orang tersebut mendengarnya ia tidak suka meskipun hal itu benar.
Sedangkan Buhtan menceritakan sesuatu yang tidak sebenarnya disebut sebagai
kebohongan atau fitnah. Seseorang yang telah tergelincir lisannya dengan
menceritakan kejelekan orang lain sesungguhnya telah berbuat dosa. Sedangkan
kejelekan orang
yang diceritakannya akan berpindah
kepadanya sementara kebaikannya akan berpindah ke orang lain. Sebagaimana di
riwayatkan dalam sebuah Hadits Kitab Riyadlus Sholihin (رياضالصالحين) ke 1520 :
قَالَ
أَتَدْرُوْنَ بِالْغِيْبَةِ؟ قَالُوْا: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ:
ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يُكْرَهُ، قِيْلَ م ص وَعَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ ر.ض. أَنَّ رَسُوْلَ الله
أَفَرَأَيْتَ اِنْ كَانَ فِي أَخِي
مَا أَقُوْلُ؟ قَالَ: اِنْ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَاِنْ
لَمْ يَكُنْ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدْ بَهَتَهُ، (رواه مسلم)
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a.
Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Tahukah kalian apa ghibah itu? Para
sahabat menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Nabi bersabda:
yaitu menyebut saudaramu dengan apa yang tidak disukainya. Beliau ditanya:
Bagaimana pendapat Anda kalau itu memang sebenarnya/apa adanya? Jawab Nabi:
Kalau memang sebenarnya begitu itulah yang disebut ghibah. Akan tetapi jika
menyebut apa-apa yang tidak sebenarnya berarti kamu telah menuduhnya dengan kebohongan.
(HR. Muslim)
A. Dampak Negatif dari
Sifat Ghibah dan Buhtan
Kerugian sifat ghibah dan buhtan antara lain :
a. Mendapatkan ancaman dan murka Allah.
b. Mendapatkan laknat dari Allah
baik di dunia maupun di akhirat.
c. Akan melahirkan permusuhan dan
kebencian di antara manusia.
d. Merupakan penyebab jatuh dalam
akibat yang buruk dan membuka perbuatan keji serta munkar.
e. Mewariskan kehinaan dan kerendahan
di hadapan Allah swt dan di hadapan manusia.
f. Menjadikan orang lain tidak percaya.
g. Dapat mengakibatkan berbagai macam
tindakan kriminal yang dilatar belakangi oleh dendam.
h. Retaknya ukhuwah islamiyah diantara
sesama muslim.
i.
Kebencian
terselubung yang dikhawatirkan akan bertambah menjadi bentuk bermusuhan yang nyata.
j.
Sifat
hasad ( dengki ) yang menggerogoti hati seseorang sehingga ingin merenut
kedudukan saudaranya dalam pandangan manusia.
k. Adanya sifat fasad dan gairah dalam melakukan
dosa dan kernunkaran.
B. Cara Menghindari
Sifat Ghibah dan Buhtan
Berbagai
cara yang dapat dilakukan seseorang untuk menghindari ghibah dan buhtan antara
lain :
a. Jangan mudah percaya terhadap berita
yang kita dengar sebelum diteliti terlebih dahulu kebenarannya sehingga tidak
menyesal bila berita itu membawa akibat buruk.
b. Kita tinggalkan berita yang kita dengar
bila tidak berkepentingan.
c. Memperbanyak meneliti keburukan diri
sediri.
d. Membiasakan lidah berdzikir dan
menanamkan pengertian bahwa menggunjing itu adalah dosa karena itu sangat
dilarang oleh agama Islam.
e. Meningkatkan ketaqwaan dengan
mendekatkan diri kapada Allah, misalnya sering bertilawah dan berzikir
agar hati menjadi lunak dan jiwa menjadi tenang.
f. Berfikir sebelum memulai
pembicaraan, agar yang keluar dari mulut adalah perkataan yang baik-baik saja,
dan mengingat bahwa semua yang kita bicarakan dan kerjakan akan dicatat oleh
malaikat Raqib dan Atid.
g. Tabayun sebelum
menyampaikan berita, supaya ukhuwah tetap terjaga dan tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan.
h. Mengingatkan orang lain ketika ia
menceritakan saudaranya, agar ia tidak terjatuh kedalam lembah yang bernama
ghibah.
C. Kandungan Hadits
Hadits diatas, menjelaskan bahwa ghibah adalah menceritakan
kejelekan orang yang apabila orang tersebut mendengarnya ia tidak akan suka
meskipun hal itu benar, sedangkan buhtan adalah menceritakan sesuatu yang tidak
sebenarnya terjadi dan merupakan suatu kebonhongan belaka. Ghibah dan
buhtan merupakan perbuatan yang dilarang dalam islam dan pelakunya akan di azab
oleh Allah swt selain itu, ghubah juga dapat memicu permusuhan dan pertengkaran
diantara sesama muslim orang yang melakukannya bagaikan memakan daging bangkai
saudaranya. Oleh karena itu hendaklah bagi umat islam untuk menjaga perkataanya
agar tidak tergelincir untuk menceritakan kejelekan orang lain sehingga tidak
terjerumus kedalam perbuatan ghibah. Seseorang yang telah tergelincir lisannya
dengan menceritakan kejelekan orang lain sesungguhnya ia telah berbuat dosa.
Selain itu, apabila orang yang diceritakan tersebut mendengar bahwa
kejelekannya diceritakan tentu ia akan marah dan akan menimbulkan permusuhan.
Oleh karena itu, setiap orang islam harus berusaha untuk tidak menceritakan
kejelekan orang lain atau lebih baik diam itu akan menyelamatkannya di dunia dan
di akhirat.
Sebenarnya tidak semua ghibah
dilarang. Ada ghibah yang diperbolehkan, antara lain:
1. Mengadukan orang yang menganiaya
kepada wali hakim.
2. Meminta orang yang dianggap sanggup
menasehatinya agar menasehati orang yang berbuat mungkar.
3. Menasehati agar orang lain jangan
tertipu oleh orang yang jahat tersebut, dan sebagainya.
Adapun cara bertaubat bagi orang
yang melakukan buhtan adalah sebagai berikut :
1. Menarik kembali kabar bohong yang
dia sampaikan dahulu.
2. Meminta maaf atau meminta untuk dihalalkan
kepada yang di fitnah.
3. Meminta ampun kepada Allah atas
perbuatan buhtan, karena buhtan termasuk dosa yang sejajar dengan menyembah
berhala. Sebagaimana firman Allah swt:
فاجتنبوا الرجس من الأوثان واجتنبوا
قول الزور (الحاج
Artinya: “Maka jauhilah olehmu
berhala-berhala yang najis itu, dan jauhilah perkataan dusta” (Q. S. Al - Hajj
: 30).
Ayat-ayat
Tentang Perbuatan Baik dan Buruk
Adapun lafadz al-hasanah dan as-sayyiah dalam
Al-Qur’an memiliki berberapa makna, seperti yang di jelaskan dalam QS.
Ali-Imron :120,
إن تمسسكم حسنة تسؤهم وإن تصبكم سيئةٌ يَفْرَحوا
بها وإن تصبروا وتتقوا لا يضرّكم كيد هم شيئا إنّ الله بما يعملون
Artinya:
” Jika kamu memperoleh
kebaikan , (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa bencana ,
mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, tipu daya mereka
tidak akan menyusahkan kamu sedikitpun. Sungguh, Allah maha meliputi segala apa
yang mereka kerjakan.”
QS. At-Taubah:50,
إن تصبك حسنة
تسؤهم وإن تصبك مصيبة يقولوا قد أخذ نا أمرنا من قبل ويتولّوا وّهم فرحون
Artinya:
“Jika engkau (Muhammad) mendapat kebaikan,
mereka tidak senang ; tetapi jika engkau ditimpa bencana , mereka berkata
,”Sungguh sejak semula kami telah berhati-hati (tidak pergi berperang),” dan
mereka berpaling dengan (perasaan) gembira.”
QS. Al-A’raf:164
وإذ قا لت
أمّة منهم لم تعظو ن قوما الله مهلكهم أو
معذّ بهم عذابا شديدا قالوا معذرة إلى ربّكم ولعلهم يتّقون
Artinya:
“Dan (ingatlah) ketika
suatu umat diantara mereka berkata, “mengapa kamu menasehati kaum yang akan
dibinasakan atau diazab Allah dengan azab yang sangat keras?” Mereka menjawab,
“ Agar kami mempunyai alasan (lepas tanggung jawab) kepada tuhanmu[1][4], dan agar mereka bertaqwa.”
QS. Asy-Syura:48.
فإن أعرضوا فما أرسلناك عليهم حفيظا إن عليك إلاّ
البلاغ وإناّ إذا أذ قنا الإنسان مناّ رحمة فرح بها وإن تصبهم سيئة بما قدّمت
أيديهم فإنّ الإنسان كفور
Artinya:
“ jika mereka berpaling,
maka (ingatlah) kami tidak mengutus engkau sebagai pengawas bagi mereka.
Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Dan sungguh , apabila
kami merasakan kepada manusia suatu rahmat dari kami , dia menyambutnya dengan
gembira; tetapi jika meraka ditimpa kesusahan karena perbuatan tangan mereka
sendiri (niscaya mereka ingkar), sungguh, manusia itu sangat ingkar (kepada
nikmat).”
يأ يها الّذين اَمنوا لاتبطلوا صدقتكم بلمنّ والأذى, كا لذيْ ينفقُ ما له
رئاءالناس ولا يؤمن بالله واليوم الأخر, فمثله كمثل صفوان عليه تراب فأصا به وا
بلٌ فتركه صلدًا, لا يقدرون على شيئ مما كسبوا, والله لا يهدى القوم الكا فرين. و
مثل الّذين ينفقون أموالهم ابتغاء مرضات
الله وتثبيتا مّن انفسهم كمثل جنّة بربوةٍ اصا بها وابل فأّتتْ اكلها ضعفين. فإن
لم يصبها وا بل فطلٌ, واللهُ بما يعملون بصيرٌ.
Artinya:
”Hai orang-orang
yang beriman! Janganlah kamu merusak pahala sedekahmu, dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang
menginfakkan hartanya karena riya’ (pamer) kepada manusia , sedang dia tidak beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Perumpamaannya (orang itu) dengan sebuah
batu yang licin, di atasnya ada debu. Kemudian batu
itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu
licin lagi.merekavtidak memperoleh sesuatu apapun dari apa yang mereka
kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. Dan
Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya untuk mencari ridha allah
dan untuk memperteguh jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di
dataran tinggin yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan
buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka embun
(pun memadai). Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah: 264-265).
BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan
mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan makalah ini, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga
para pembaca yang budiman pada umumnya.
A.
KESIMPULAN
Dari berbagai hadits yang telah kami
kemukakan, maka kami dapat menyimpulkan bahwasannya ajaran Islam
mengajarkan kepada kita untuk tidak berburuk sangka dan menggunjing, memfitnah
orang lain serta larangan berbuat boros. Hendaklah kita berprasangka yang baik
terhadap orang lain dan pergunakanlah harta yang kita miliki dengan sebaik –
baiknya agar kita dapat hidup dengan tentram dan mendapat ridha dari Allah swt
sejak di dunia sampai kelak di akhirat.
B.
SARAN – SARAN
Penulis menyadari bahwa penyusunan
makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis banyak berharap kepada
para pembaca yang budiman berkenan kiranya memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis. Hal itu akan menjadikan pertimbangan dalam perbaikan
makalah in di kesempatan – kesempatan berikutnya. Terima kasih.